Selendang Biru
Melambai memanggilku, sedang siang meramu peluh
Abaikan saja! Bilakah susu dibalas tuba
Terus memanggil, berpantun dengan waktu
Benar-benar tuba daku, lanjut mengayuh ego di telaga kota
Tak henti sang selendang biru, kusam sudah kalah oleh waktu
Rintih bersajak, “pulang anakku…”
Tuba,tuba, daku…
5 Comments:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
muncul githu ajha, seperti ada deretan kata yang melintas tanpa di undang.
aneh mmng,tp saran saya asah intuisi kita
jng hanya skdr melihat, tapi membaca alam,peristiwa,kejadian kecil sekalipun dng mata hati
(cieeeeeee,so ngajarin..)
hehehe,di coba deh...
tapi berbakat jadi penyair, hehehe
smg km berbakat, buktinya kamu punya tulisan khan?
smangat yah!sesemangat km sm korea...
hehehe