Ketika Hitam Meraja Dan Putih Terluka


BELENGGU 1000 DUSTA



Anggap dia hitam
Titik hitam…

Tutup saja mulutku
Sebelum memuntahkan titik-titik hitam
Lebih banyak
Dan lebih banyak lagi,

Malu, pada pagi dan siang
Yang gelap seperti malam
Malam tertawa
Kita tak ada bedanya, ujarnya geli
Hitam menjadi teman bagi alam
Yang geram. Tapi diam.
Akan ada saatnya…

Titik hitam itu tak lagi tersembunyi
Atau tersipu malu
Nampak,

Di balik jas berdasi
Di dalam gedung paripurna
Di bawah topi-topi sarjana
Di atas singgasana mulia
Di setiap jengkal kaki kita
Di antara titel-titel nan panjang
Menari titik-titik hitam…
Bebas, ringan, indah

Tarian ironi…

Aku, kau, dia dan mereka
Larut dalam kegelapan
Bicara hitam tak jadi soal
Masuk dalam menu makanan kehidupan
Amboi…

Jika tiba masa…
Semburan titik-titik hitam
Melahap satu persatu titik-titik putih
Pun mulai tercemar, tenggelam dalam hitam
Seperti lapindo memakan sebagian tanah jawa
Perlahan demi perlahan
Sedikit demi sedikit
Yang tersisa…
Dimana bersembunyi? Lebih baik pasrah, mereka lebih kuat…
Lagu lama!

Akhir yang menyedihkan?

Mengapa tidak kita panggil saja titik putih
Persilahkan hidup dan berkembang dalam diri
Yang kian gelap
Membuka belenggu si ‘titik hitam’
dan
Mulai menyulam rajutan cahaya
Dimulai dari sini

Dari aku, kamu, dia dan mereka

Ucapkan!
Selamat jalan kedustaan…
Dan,
Selamat datang kejujuran…

Akhir yang membahagiakan?


0 Comments:

Post a Comment



Blogger Template by Blogcrowds